Energi merupakan
kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan secara tidak sadar,
setiap aktivitas manusia membutuhkan energi. Selama ini
energi yang paling banyak digunakan adalah energi yang berasal dari fosil yang
keberadaannya tidak mudah untuk diperbaharui, sehingga ketrsediaannya sangat
terbatas untuk menunjang kebutuhan manusia. Energi terbarukan (renewable
energy) adalah hal mutlak yang patut dikembangkan sebagai langkah untuk
mengatasi krisis energi di masa depan. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan berbagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan energi yang
dibutuhkan manusia saat ini.
Sebagai warga
Banten, tentu beruntung dengan ketersediaan energi, terutama energi listrik. Pasalnya
Propinsi Banten memiliki dua pembangkit listrik yang memproduksi tenaga listrik
dan masuk dalam jaringan listrik koneksi Jawa – Bali, yaitu PTLU Suralaya di
Kota Cilegon yang dikelola oleh PT Indonesia Power dan PLTU Labuhan di
Kabupaten Pandeglang. PLN juga memiliki pembangkit listrik berbahan bakar solar
(PLTD) di Pulo Panjang yang berfungsi khusus melayani kebutuhan tenaga listrik
di Pulo Panjang, Kabupaten Serang.
Dalam pendistribusiannya,
listrik di wilayah Provinsi Banten terbagi menjadi dua, pertama yaitu wilayah
yang meliputi Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan sebagian besar
wilayah Kabupaten Tangerang yang dilayani oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya
dan Tangerang. Kedua, dilayani oleh PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten
yang cakupannya meliputi wilayah Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak,
Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kota Serang, dan sebagian kecil wilayah
Kabupaten Tangerang. Distribusi atau penjualan listrik PLN di Banten dilakukan
oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PT PLN Distribusi Jawa
Barat dan Banten.
Namun
meskipun Banten memiliki dua pembangkit listrik yang berskala nasional,
pemadaman bergilir masih sering dirasakan masyarakat di Propinsi Banten.
Berdasarkan Studi perkiraan kebutuhan energi listrik yang dilakukan Ardianto, Universitas
Mercu Buana tahun 2008, Propinsi Banten membutuhkan energi listrik di berbagai sektor.
Propinsi Banten tiap tahun mengalami peningkatan yang ditandai dengan peningkatan
jumlah pelanggan. Oleh karena itu, PLN distribusi Banten dituntut mampu menyediakan
energi listrik untuk tahun – tahun yang akan datang. Dari hasil analisa dan perhitungan
yang telah dilakukan ternyata kebutuhan energi listrik Propinsi Banten sampai tahun
2022 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Pelanggan, daya tersambung, dan konsumsi
energi listrik akan naik sebesar 12.052.028 pelanggan atau 46,73 % , 21.058.015
kVA atau 53,08 % , dan 59.208.655 MWh atau 57,89 %. Dengan meningkatnya jumlah pelanggan
dan daya tersambung sampai tahun 2022 maka menjadi hal penting bagi PLN distribusi
Banten untuk mengkaji ulang kapasitas, jumlah transformator, dan saluran yang ada
di Propinsi Banten.
Kebutuhan
energi yang diprediksi akan meningkat, seharusnya masyarakat dan pemerintah
harus siap untuk menghadapi masalah ini. Pemerintah dan masyarakat harus
memikirkan bagaimana mencukupi kebutuhan energi tersebut tanpa menambah
kapasitas dari PLN agar anggaran belanja Negara tidak bertambah. Selain itu pemerintah juga semestinya
memikirkan tentang bagaimana membuat masyarakat yang mandiri dalam mendapatkan
energi.
Kemandirian
energi dalam masyarakat sebenarnya bukan
hal yang tidak mungkin. Banten sangat berpotensi untuk mengembangkan masyarakat
yang mandiri energi. Potensi sektor pertanian Propinsi Banten terdiri atas
sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan. Penggunaan lahan sebagai sawah mempunyai total luas lahan sebesar
210.791,00 Ha atau sebesar 15,78 % dan lahan kering mempunyai luas
322.179,00 Ha atau sebesar 24,12 %. Hutan mempunyai luas 137.961,00 Ha
atau sebesar 10,33 %. Perkebunan mempunyai luas 51.136,00 Ha atau sebesar 3,83
%.
Melihat
fenomena tersebut, maka potensi Banten untuk menghasilkan biomassa sangat
tinggi. Selain biomassa yang dihasilkan dari aktivitas pertanian, Banten juga
melimpah akan biomassa liar dan sampah organik lainnya. Di Banten, tepatnya di
kawasan PONTIRTA (Pontang Tirtayasa dan Tanara) area persawahan dan daerah
aliran sungainya memiliki biomassa liar yang didominasi oleh Gulma air eceng
gondok (Eichornia crassipes). Tidak
ketinggalan juga di tepi jalan raya Serang - Tangerang rumput liar yang di
dominasi oleh ilalang menghiasi pemandangan jalanan ini. Eceng gondok
berpotensi menghilangkan air permukaan sampai empat kali lipat jika
dibandingkan dengan permukaan terbuka. Pertumbuhan populasi eceng gondok yang
tidak terkendali menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan dan mengganggu
aliran arus sungai. Aliran air sungai yang tidak lancar tentu menyulitkan
petani untuk mendapatkan air irigasi. Akibatnya Petani harus mengeluarkan biaya
untuk membeli mesin diesel. Selain itu, tumbuhan ilalang yang tumbuh lebat di
pinggir jalan juga berpotensi meningkatkan populasi serangga. Bagi pengemudi
bermotor yang membuka kaca helm di malam hari harus ekstra hati-hati karena serangga-serangga
tersebut dapat mengenai mata pengemudi. Efek yang paling parah dari ancaman
tersebut adalah kecelakaan yang berpotensi pada kematian.
![]() |
![]() |
||
|
|
Berdasarkan
fenomena yang terjadi, jumlah biomassa yang melimpah harus diimbangi dengan
pengendalian. Salah satu pengendalian biomassa yang paling efektif adalah
mengolahnya menjadi biogas dan bioelektrik. Biomassa dapat menghasilkan biogas
yang apabila difermentasi secara anaerobik (tanpa udara). Proses anaerob ini
didasarkan pada penggunaan mikroorganisme dalam ketiadaan oksigen bebas, untuk mendegradasi
bahan organik. Mikroorganisme utama yang digunakan dalam proses anaerobik
adalah bakteri anaerob.
Biogas yang
diperoleh dalam proses fermentasi itu pada dasarnya adalah campuran metana (CH4)
dengan karbon dioksida (CO2) dan sejumlah kecil gas hydrosulphuric
(H2S), nitrogen (N2), hidrogen (H2), oksigen
(O2) dan karbon monoksida (CO). Komponen yang paling berlimpah dalam
campuran adalah metana dengan memberikan kontribusi dengan 50% sampai 70%. Gas
metan dapat menghasilkan energi panas yang dapat dikonversi menjadi energi listrik,
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif di Propinsi Banten. Selain
itu, Produk sampingan dari konversi biomassa menjadi bioelektrik ini berupa
lumpur (sludge) yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik oleh petani dan
memiliki nilai ekonomi. Energi yang dihasilkan dari aplikasi teknologi ini
merupakan energi hijau yang dapat terus
diperbarui.
Dalam
mengimplementasikan teknologi ini sebenarnya pemerintah tidak perlu khawatir,
karena teknologi ini sangat mudah diterapkan di masyarakat. Pemerintah dapat
melakukan kerja sama dengan masyarakat dengan membentuk desa binaan untuk
memanfaatkan gulma-gulma (biomassa) liar yang hidup di tepian jalan dan aliran
sungai untuk diolah menjadi biogas dan bio elektrik. Dengan adanya kerja sama tersebut,
tentu badan jalan raya Tangerang-Serang menjadi bersih, rapi, dan teratur yang
akan menimbulkan kenyamanan pengendara dan para petani sekitar.
Selain itu,
masyarakat desa binaan juga dapat bekerja sama dengan masyarakat desa lain
dalam membuang sampah. Karena masyarakat selama ini bingung untuk mengumpulkan
sampah karena minimnya tempat sampah yang disediakan pemerintah. Sampah-sampah
justru sering terlihat di pinggiran
kali, bahkan ada masyarakat yang membuang sampah ke sungai guna menghilangkan sampah
tersebut dari tempat tinggalnya. Jika tidak tanggap dalam menanggulanginya,
prilaku tersebut berpotensi memicu terjadinya banjir.
Melalui pengelolaan
biomassa dan kerjasama dengan masyarakat ini maka pemerintah daerah mampu
mengefektifkan dan mengefisienkan dana anggaran untuk membangun dan merawat
infrastruktur yang dimiliki daerah. Selain itu, Desa binaan menjadi desa yang
mandiri energi dan tidak tergantung lagi pada pemerintah pusat terkait energi.
Pemerintah daerah juga dapat mengatasi permasalahan lingkungan seperti sampah
organik, ilalang, dan sebagainya, yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu
permasalahan. Melalui kegiatan ini juga dapat menjadikan masyarakat yang
kreatif, inovatif dan mandiri, Sehingga kawasan PONTIRTA akan menjadi sebuah
contoh untuk daerah lain terkait masyarakatnya yang mampu mandiri mendapatkan energi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar