Kata Mikrobiologi sudah
tidak asing lagi bagi mahasiswa sains terutama yang mengambil jurusan Biologi.
Kebanyakan Mereka sudah bosan atau merasa gundah saat mempelajarinya. Hal ini
disebabkan pelajarannya cukup sulit dan banyak nama – nama latin yang sulit
untuk dihafal. Namun itu bukanlah satu alasan untuk tidak mempelajari
Mikrobiologi. Mikrobiologi adalah ilmu dasar yang sangat penting dalam program
studi ilmu – ilmu kesehatan dan kedokteran atau profesi dan praktisi lainnya
yang terkait dengan kehidupan dan lingkungan.
Dalam kehidupan
muslim sendiri menguasai pengetahuan mikrobiologi merupakan sunnat dan sangat
penting, bahkan bisa menjadi fardhu kifayah. Diantara muslim sendiri harus ada
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang mikrobiologi.[[1]]
Dalam kutipan Q.S al - Baqoroh ayat 173 “Sesungguh-nya Allah hanya mengharamkan
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah”. Maksud dari ayat tersebut adalah mikroorganisme
atau mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Larangan memakan bangkai
adalah alasan kehigienisannya. Pada daging binatang yang mati karena sakit
dipastikan adanya bibit penyakit berupa mikroorganisme yang dapat menular.
Perkembangbiakan mikroorganisme dalam medium daging berlangsung sangat cepat,
apalagi pada daging atau tubuh binatang yang sudah mati. Prilaku binatang yang
diharamkan untuk dikonsumsi tampak nyata pada kita. Binatang tersebut adalah
binatang yang sangat menjijikkan dalam mencari makanannya. Binatang seperti
babi, buaya, anjing, kucing, tikus, burung elang dan sebangsanya merupakan
predator bagi binatang lain, sehingga dalam perut dan tubuhnya banyak terdapat
virus, bakteri, protozoa yang merupakan sumber penyakit bagi manusia. Para ahlipun
sudah banyak menunjukkan bahwa binatang yang diharamkan oleh Allah untuk dikonsumsi
umat muslim terdapat banyak kemudharatan dan membahayakan kesehatan.
Ilmu – ilmu Mikrobiologi
sebenarnya sudah berkembang pesat di kalangan Ilmuwan Muslim terdahulu.
Beberapa abad yang lalu orang Barat belajar dan mendapat pencerahan dari Ilmuwan
Muslim yang mengembangkan ilmu Hikmah di Andalusia dan Bagdad. Kemudian Mereka
mengembangkan ilmu – ilmu umum itu di negaranya, sehingga di bidang Mikrobiologi
orang Belanda yang bernama Anthoni Van Leeuwenhoek pada tahun 1673 berhasil
membuat alat optik untuk membantu penglihatan yang disebut mikroskop. Dalam
perkembangannya nama Anthoni Van Leeuwenhoek (1632–1723) begitu masyhur sebagai
orang yang pertama kali menemukan mikroba dan mikroskop sederhana. Namun pada
kenyataannya para ilmuwan Barat sendiri masih mengakui bahwa Ibnu Haytham
(965-1039) atau dikenal dalam kalangan Ilmuawan di
Barat, dengan nama Alhazena adalah Ilmuwan muslim
yang pertama kali memikirkan, meneliti, dan menulis buku tentang optik yang
bernama Kitab Al-manazir atau Book of Optics. Ibnu Haytam membuktikan
bahwa cahaya bergerak atau memancar secara lurus. Penelitian Ibnu Haytam
mengombinasikan ilmu fisika klasik dengan ilmu matematika geometri. Teori
bayangan dari pandangan, cahaya dan warna juga meneliti Katoprik dan dioptrik
atau studi tentang alat optik, seperti pada kamera dan juga termasuk mikroskop
di zaman modern sekarang.
Konsep zarrah sebagai zat atau
substansi materi yang paling kecil yang disebutkan dalam Al-Qur’an[[2]]
merupakan petunjuk ke arah studi mikrometri, mikroelektronik, mikroorganisme,
dan mikrokosmos lainnya yang sebaiknya dipelajari juga oleh Ulul Albab. Adanya makhluk
yang belum diketahui oleh orang pada
saat ayat diturunkan pada zaman
Rosulullah bahkan belum diketahui sampai sekarang, adalah suatu indikasi bahwa untuk mempelajari
ilmu – ilmu mikrobiologi adalah sebuah keharusan.[[3]]
Mikroorganisme golongan virus baru diketahui oleh manusia pada awal abad ke-20.
Tafsir makhluk yang tidak diketahui disini bukan makhluk yang tergolong makhluk
gaib (makhluk halus: jin dan malaikat) yang tidak akan dapat dilihat dengan
mata manusia, tetapi makhluk yang belum diketahui karena kecilnya (super
mikroorganisme). Makhluk tersebut pada zaman Rosul belum terasa interaksinya
dengan manusia misalnya bakteri dan virus.
Bakteri dan virus
baru terasa interaksinya dengan manusia ketika terasa pengaruhnya. Efek
interaksi tersebut ada yang menyebabkan efek baik atau positif (membantu
membusukkan bahan organik) ada juga yang negatif (menyebabkan sakit atau
kerusakan). Mikrobiologi menjadi kajian yang cukup penting sejak zaman sebelum
masehi (SM). Pada zaman Aristoteles (300 tahun SM), keberadaan dan munculnya
makhluk hidup menjadai bahan pemikiran. Pada waktu itu berkembang keyakinan
bahwa makhuk hidup muncul dengan sendirinya sebagai suatu entitas yang spontan
keberadaannya (generasio spontane). Prinsip
ini dikenal dengan teori abiogenesis dan
didukung oleh Needham seorang Pendeta Irlandia (1745 – 1750) berdasarkan hasil beberapa
penelitiannya. Pada tahun 1865 Luis
Pasteur dapat membuktikan bahwa teori Needham dan Aristoteles itu salah.
Pasteur menyatakan bahwa setiap kehidupan berasal dari kehidupan (omne vivum ex ovo, omne ovo ex vivo).
Sebelum Needhem dan Luis Pasteur mengemukakan teorinya, keberadaan bakteri telah
diketahui oleh Ibnu Sina (980-1037) dalam bukunya The Canon of Medicine atau al-Qonun
fi al-Thibb, telah mendeteksi adanya mikroorganisme penyebab penyakit TBC. Sebagai
muslim yang hafal Al-Qur’an, Ibnu Sina menafakuri ayat dalam al-Qur’an memeras
pikirannya dalam bidang mikrobiologi, sehingga mampu memberikan solusi
pencegahan dan tindakan penyembuhan bagi orang yang terserang penyakit akibat
mikroorganisme dan penanganan bagaimana mencegah penularan penyakit
tuberculosis (TBC) tersebut. Ibnu Sina telah mengembangkan teknik karantina
atau tindakan isolasi bagi penderita penyakit TBC yang menular.
Keberadaan virus baru diketahui pada
awal abad ke-20, bahkan berbagai tipe virus baru diketahui pada awal abad ke-21
ini, seperti virus flu burung (H5N1), flu babi (Swine Influenza Virus, SIV), Virus HIV,
SARS. Dan diyakini akan muncul makhluk – makhluk mikro lainya pada masa yang
akan datang. Demikian keajaiban Al-Qur’an yang kita saksikan dari ayat atau
bukti dalam khazanah makhluk kecil ini (Mikroorganisme). Seyogyanya kajian ini
dapat menambah keimanan kita terhadap ilmu – ilmu Allah yang dicerminkan dalam
Al Qur’an dan kembali berkiblat kepada ilmuawan – ilmuwan muslim terdahulu.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus