Pages

Jumat, 02 November 2012

MIKROBIOLOGI BANGUN IMAN


         Kata Mikrobiologi sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa sains terutama yang mengambil jurusan Biologi. Kebanyakan Mereka sudah bosan atau merasa gundah saat mempelajarinya. Hal ini disebabkan pelajarannya cukup sulit dan banyak nama – nama latin yang sulit untuk dihafal. Namun itu bukanlah satu alasan untuk tidak mempelajari Mikrobiologi. Mikrobiologi adalah ilmu dasar yang sangat penting dalam program studi ilmu – ilmu kesehatan dan kedokteran atau profesi dan praktisi lainnya yang terkait dengan kehidupan dan lingkungan.
            Dalam kehidupan muslim sendiri menguasai pengetahuan mikrobiologi merupakan sunnat dan sangat penting, bahkan bisa menjadi fardhu kifayah. Diantara muslim sendiri harus ada yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang mikrobiologi.[[1]] Dalam kutipan Q.S al - Baqoroh ayat 173 “Sesungguh-nya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah”. Maksud dari ayat tersebut adalah mikroorganisme atau mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Larangan memakan bangkai adalah alasan kehigienisannya. Pada daging binatang yang mati karena sakit dipastikan adanya bibit penyakit berupa mikroorganisme yang dapat menular. Perkembangbiakan mikroorganisme dalam medium daging berlangsung sangat cepat, apalagi pada daging atau tubuh binatang yang sudah mati. Prilaku binatang yang diharamkan untuk dikonsumsi tampak nyata pada kita. Binatang tersebut adalah binatang yang sangat menjijikkan dalam mencari makanannya. Binatang seperti babi, buaya, anjing, kucing, tikus, burung elang dan sebangsanya merupakan predator bagi binatang lain, sehingga dalam perut dan tubuhnya banyak terdapat virus, bakteri, protozoa yang merupakan sumber penyakit bagi manusia. Para ahlipun sudah banyak menunjukkan bahwa binatang yang diharamkan oleh Allah untuk dikonsumsi umat muslim terdapat banyak kemudharatan dan membahayakan kesehatan.
            Ilmu – ilmu Mikrobiologi sebenarnya sudah berkembang pesat di kalangan Ilmuwan Muslim terdahulu. Beberapa abad yang lalu orang Barat belajar dan mendapat pencerahan dari Ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu Hikmah di Andalusia dan Bagdad. Kemudian Mereka mengembangkan ilmu – ilmu umum itu di negaranya, sehingga di bidang Mikrobiologi orang Belanda yang bernama Anthoni Van Leeuwenhoek pada tahun 1673 berhasil membuat alat optik untuk membantu penglihatan yang disebut mikroskop. Dalam perkembangannya nama Anthoni Van Leeuwenhoek (1632–1723) begitu masyhur sebagai orang yang pertama kali menemukan mikroba dan mikroskop sederhana. Namun pada kenyataannya para ilmuwan Barat sendiri masih mengakui bahwa Ibnu Haytham (965-1039) atau dikenal dalam kalangan Ilmuawan di Barat, dengan nama Alhazena adalah Ilmuwan muslim yang pertama kali memikirkan, meneliti, dan menulis buku tentang optik yang bernama Kitab Al-manazir atau Book of Optics. Ibnu Haytam membuktikan bahwa cahaya bergerak atau memancar secara lurus. Penelitian Ibnu Haytam mengombinasikan ilmu fisika klasik dengan ilmu matematika geometri. Teori bayangan dari pandangan, cahaya dan warna juga meneliti Katoprik dan dioptrik atau studi tentang alat optik, seperti pada kamera dan juga termasuk mikroskop di zaman modern sekarang.
Konsep zarrah sebagai zat atau substansi materi yang paling kecil yang disebutkan dalam Al-Qur’an[[2]] merupakan petunjuk ke arah studi mikrometri, mikroelektronik, mikroorganisme, dan mikrokosmos lainnya yang sebaiknya dipelajari juga oleh Ulul Albab. Adanya makhluk yang belum  diketahui oleh orang pada saat ayat diturunkan  pada zaman Rosulullah bahkan belum diketahui sampai sekarang,  adalah suatu indikasi bahwa untuk mempelajari ilmu – ilmu mikrobiologi adalah sebuah keharusan.[[3]] Mikroorganisme golongan virus baru diketahui oleh manusia pada awal abad ke-20. Tafsir makhluk yang tidak diketahui disini bukan makhluk yang tergolong makhluk gaib (makhluk halus: jin dan malaikat) yang tidak akan dapat dilihat dengan mata manusia, tetapi makhluk yang belum diketahui karena kecilnya (super mikroorganisme). Makhluk tersebut pada zaman Rosul belum terasa interaksinya dengan manusia misalnya bakteri dan virus.
            Bakteri dan virus baru terasa interaksinya dengan manusia ketika terasa pengaruhnya. Efek interaksi tersebut ada yang menyebabkan efek baik atau positif (membantu membusukkan bahan organik) ada juga yang negatif (menyebabkan sakit atau kerusakan). Mikrobiologi menjadi kajian yang cukup penting sejak zaman sebelum masehi (SM). Pada zaman Aristoteles (300 tahun SM), keberadaan dan munculnya makhluk hidup menjadai bahan pemikiran. Pada waktu itu berkembang keyakinan bahwa makhuk hidup muncul dengan sendirinya sebagai suatu entitas yang spontan keberadaannya (generasio spontane). Prinsip ini dikenal dengan teori abiogenesis dan didukung oleh Needham seorang Pendeta Irlandia (1745 – 1750) berdasarkan hasil beberapa penelitiannya. Pada tahun 1865  Luis Pasteur dapat membuktikan bahwa teori Needham dan Aristoteles itu salah. Pasteur menyatakan bahwa setiap kehidupan berasal dari kehidupan (omne vivum ex ovo, omne ovo ex vivo). Sebelum Needhem dan Luis Pasteur mengemukakan teorinya, keberadaan bakteri telah diketahui oleh Ibnu Sina (980-1037) dalam bukunya The Canon of Medicine atau al-Qonun fi al-Thibb, telah mendeteksi adanya mikroorganisme penyebab penyakit TBC. Sebagai muslim yang hafal Al-Qur’an, Ibnu Sina menafakuri ayat dalam al-Qur’an memeras pikirannya dalam bidang mikrobiologi, sehingga mampu memberikan solusi pencegahan dan tindakan penyembuhan bagi orang yang terserang penyakit akibat mikroorganisme dan penanganan bagaimana mencegah penularan penyakit tuberculosis (TBC) tersebut. Ibnu Sina telah mengembangkan teknik karantina atau tindakan isolasi bagi penderita penyakit TBC yang menular.
Keberadaan virus baru diketahui pada awal abad ke-20, bahkan berbagai tipe virus baru diketahui pada awal abad ke-21 ini, seperti virus flu burung (H5N1), flu babi (Swine Influenza Virus, SIV), Virus HIV, SARS. Dan diyakini akan muncul makhluk – makhluk mikro lainya pada masa yang akan datang. Demikian keajaiban Al-Qur’an yang kita saksikan dari ayat atau bukti dalam khazanah makhluk kecil ini (Mikroorganisme). Seyogyanya kajian ini dapat menambah keimanan kita terhadap ilmu – ilmu Allah yang dicerminkan dalam Al Qur’an dan kembali berkiblat kepada ilmuawan – ilmuwan muslim terdahulu.



[1] Adanya tuntutan seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 172 dan 173
[2] Surat Yunus ayat 61
[3] Surat yasiin ayat 36

1 komentar: