Pages

Sabtu, 15 Maret 2014

MENGELOLA BIOMASSA DENGAN SISTEM MANAJEMEN MASYARAKAT UNTUK MANDIRI ENERGI



Energi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan secara tidak sadar, setiap aktivitas manusia membutuhkan energi. Selama ini energi yang paling banyak digunakan adalah energi yang berasal dari fosil yang keberadaannya tidak mudah untuk diperbaharui, sehingga ketrsediaannya sangat terbatas untuk menunjang kebutuhan manusia. Energi terbarukan (renewable energy) adalah hal mutlak yang patut dikembangkan sebagai langkah untuk mengatasi krisis energi di masa depan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan berbagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan energi yang dibutuhkan manusia saat ini.
Sebagai warga Banten, tentu beruntung dengan ketersediaan energi, terutama energi listrik. Pasalnya Propinsi Banten memiliki dua pembangkit listrik yang memproduksi tenaga listrik dan masuk dalam jaringan listrik koneksi Jawa – Bali, yaitu PTLU Suralaya di Kota Cilegon yang dikelola oleh PT Indonesia Power dan PLTU Labuhan di Kabupaten Pandeglang. PLN juga memiliki pembangkit listrik berbahan bakar solar (PLTD) di Pulo Panjang yang berfungsi khusus melayani kebutuhan tenaga listrik di Pulo Panjang, Kabupaten Serang.
Dalam pendistribusiannya, listrik di wilayah Provinsi Banten terbagi menjadi dua, pertama yaitu wilayah yang meliputi Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang yang dilayani oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Kedua, dilayani oleh PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten yang cakupannya meliputi wilayah Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kota Serang, dan sebagian kecil wilayah Kabupaten Tangerang. Distribusi atau penjualan listrik PLN di Banten dilakukan oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten.
Namun meskipun Banten memiliki dua pembangkit listrik yang berskala nasional, pemadaman bergilir masih sering dirasakan masyarakat di Propinsi Banten. Berdasarkan Studi perkiraan kebutuhan energi listrik yang dilakukan Ardianto, Universitas Mercu Buana tahun 2008, Propinsi Banten membutuhkan energi listrik di berbagai sektor. Propinsi Banten tiap tahun mengalami peningkatan yang ditandai dengan peningkatan jumlah pelanggan. Oleh karena itu, PLN distribusi Banten dituntut mampu menyediakan energi listrik untuk tahun – tahun yang akan datang. Dari hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan ternyata kebutuhan energi listrik Propinsi Banten sampai tahun 2022 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Pelanggan, daya tersambung, dan konsumsi energi listrik akan naik sebesar 12.052.028 pelanggan atau 46,73 % , 21.058.015 kVA atau 53,08 % , dan 59.208.655 MWh atau 57,89 %. Dengan meningkatnya jumlah pelanggan dan daya tersambung sampai tahun 2022 maka menjadi hal penting bagi PLN distribusi Banten untuk mengkaji ulang kapasitas, jumlah transformator, dan saluran yang ada di Propinsi Banten.
Kebutuhan energi yang diprediksi akan meningkat, seharusnya masyarakat dan pemerintah harus siap untuk menghadapi masalah ini. Pemerintah dan masyarakat harus memikirkan bagaimana mencukupi kebutuhan energi tersebut tanpa menambah kapasitas dari PLN agar anggaran belanja Negara tidak bertambah.  Selain itu pemerintah juga semestinya memikirkan tentang bagaimana membuat masyarakat yang mandiri dalam mendapatkan energi.
Kemandirian energi dalam masyarakat  sebenarnya bukan hal yang tidak mungkin. Banten sangat berpotensi untuk mengembangkan masyarakat yang mandiri energi. Potensi sektor pertanian Propinsi Banten terdiri atas sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Penggunaan lahan sebagai sawah mempunyai total luas lahan sebesar 210.791,00 Ha atau sebesar 15,78 % dan lahan kering  mempunyai luas 322.179,00 Ha atau sebesar  24,12 %. Hutan mempunyai luas 137.961,00 Ha atau sebesar 10,33 %. Perkebunan mempunyai luas 51.136,00 Ha atau sebesar 3,83 %.
Melihat fenomena tersebut, maka potensi Banten untuk menghasilkan biomassa sangat tinggi. Selain biomassa yang dihasilkan dari aktivitas pertanian, Banten juga melimpah akan biomassa liar dan sampah organik lainnya. Di Banten, tepatnya di kawasan PONTIRTA (Pontang Tirtayasa dan Tanara) area persawahan dan daerah aliran sungainya memiliki biomassa liar yang didominasi oleh Gulma air eceng gondok (Eichornia crassipes). Tidak ketinggalan juga di tepi jalan raya Serang - Tangerang rumput liar yang di dominasi oleh ilalang menghiasi pemandangan jalanan ini. Eceng gondok berpotensi menghilangkan air permukaan sampai empat kali lipat jika dibandingkan dengan permukaan terbuka. Pertumbuhan populasi eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan pendangkalan ekosistem perairan dan mengganggu aliran arus sungai. Aliran air sungai yang tidak lancar tentu menyulitkan petani untuk mendapatkan air irigasi. Akibatnya Petani harus mengeluarkan biaya untuk membeli mesin diesel. Selain itu, tumbuhan ilalang yang tumbuh lebat di pinggir jalan juga berpotensi meningkatkan populasi serangga. Bagi pengemudi bermotor yang membuka kaca helm di malam hari harus ekstra hati-hati karena serangga-serangga tersebut dapat mengenai mata pengemudi. Efek yang paling parah dari ancaman tersebut adalah kecelakaan yang berpotensi pada kematian.
Description: AA (4) Description: AA (1)

Gambar eceng gondok yang memenuhi permukaan Sungai Pontang

 
Gambar Ilalang yang tumbuh liar di pinggiran jalan raya Tangerang - Serang

 
 


Berdasarkan fenomena yang terjadi, jumlah biomassa yang melimpah harus diimbangi dengan pengendalian. Salah satu pengendalian biomassa yang paling efektif adalah mengolahnya menjadi biogas dan bioelektrik. Biomassa dapat menghasilkan biogas yang apabila difermentasi secara anaerobik (tanpa udara). Proses anaerob ini didasarkan pada penggunaan mikroorganisme dalam ketiadaan oksigen bebas, untuk mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme utama yang digunakan dalam proses anaerobik adalah bakteri anaerob.
Biogas yang diperoleh dalam proses fermentasi itu pada dasarnya adalah campuran metana (CH4) dengan karbon dioksida (CO2) dan sejumlah kecil gas hydrosulphuric (H2S), nitrogen (N2), hidrogen (H2), oksigen (O2) dan karbon monoksida (CO). Komponen yang paling berlimpah dalam campuran adalah metana dengan memberikan kontribusi dengan 50% sampai 70%. Gas metan dapat menghasilkan energi panas yang dapat dikonversi menjadi energi listrik, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif di Propinsi Banten. Selain itu, Produk sampingan dari konversi biomassa menjadi bioelektrik ini berupa lumpur (sludge) yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik oleh petani dan memiliki nilai ekonomi. Energi yang dihasilkan dari aplikasi teknologi ini merupakan energi hijau  yang dapat terus diperbarui.
Dalam mengimplementasikan teknologi ini sebenarnya pemerintah tidak perlu khawatir, karena teknologi ini sangat mudah diterapkan di masyarakat. Pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan masyarakat dengan membentuk desa binaan untuk memanfaatkan gulma-gulma (biomassa) liar yang hidup di tepian jalan dan aliran sungai untuk diolah menjadi biogas dan bio elektrik. Dengan adanya kerja sama tersebut, tentu badan jalan raya Tangerang-Serang menjadi bersih, rapi, dan teratur yang akan menimbulkan kenyamanan pengendara dan para petani sekitar.
Selain itu, masyarakat desa binaan juga dapat bekerja sama dengan masyarakat desa lain dalam membuang sampah. Karena masyarakat selama ini bingung untuk mengumpulkan sampah karena minimnya tempat sampah yang disediakan pemerintah. Sampah-sampah justru sering  terlihat di pinggiran kali, bahkan ada masyarakat yang membuang sampah ke sungai guna menghilangkan sampah tersebut dari tempat tinggalnya. Jika tidak tanggap dalam menanggulanginya, prilaku tersebut berpotensi memicu terjadinya banjir.
Melalui pengelolaan biomassa dan kerjasama dengan masyarakat ini maka pemerintah daerah mampu mengefektifkan dan mengefisienkan dana anggaran untuk membangun dan merawat infrastruktur yang dimiliki daerah. Selain itu, Desa binaan menjadi desa yang mandiri energi dan tidak tergantung lagi pada pemerintah pusat terkait energi. Pemerintah daerah juga dapat mengatasi permasalahan lingkungan seperti sampah organik, ilalang, dan sebagainya, yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu permasalahan. Melalui kegiatan ini juga dapat menjadikan masyarakat yang kreatif, inovatif dan mandiri, Sehingga kawasan PONTIRTA akan menjadi sebuah contoh untuk daerah lain terkait masyarakatnya yang mampu mandiri mendapatkan energi.

PANTAI YUTI SEINDAH BALI DAN RAJA AMPAT?

PANTAI YUTI SEINDAH BALI DAN RAJA AMPAT?
Oleh: Imam Fitrianto
Bojonegara merupakan bagian dari provinsi Banten, tepatnya di Kota Serang. wilayahnya berbukit dan berpantai. Berdasarkan informasi dari bapak Purnama yang merupakan warga sekitar, bukit – bukit di Bojonegara ini kian hari kian habis. Pasalnya bukit – bukitnya tersusun atas bebatuan sehingga banyak digunakan sebagai bahan bangunan atau sebagai bahan dasar pembuatan jalan. Selain itu pantai di Bojonegara juga tidak luput dari intervensi manusia untuk memperluas wilayah guna membangun industri – industri baru. Bojonegara juga merupakan perbatasan antara kota Serang dan Cilegon yang merupakan kawasan industri. Banyaknya industri di kawasan ini maka membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Jadwal kerja yang ideal tentunya hanya sekitar tujuh jam setiap harinya dan mendapat libur satu hari pada tiap pekannya. Akan tetapi, menurut salah satu karyawan yang bekerja di kawasan industri tersebut mengatakan bahwa dia sering lembur dan bahkan hari liburpun kadang masih bekerja.
Jadwal kerja yang menyibukkan pasti akan membuat semua orang yang melakukannya akan merasa jenuh. Apalagi jika ditambah masalah yang hadir dalam pekerjaan tersebut. Refreshing tentu sangat dibutuhkan untuk merelaksasi semuanya. Karena tidak hanya badan, tetapi otak juga harus beristirahat agar bisa kembali fresh dan menemukan ide – ide yang luar biasa lagi. Namun, jika Anda memiliki sedikit waktu luang mungkin Anda akan bingung memilih tempat refreshing yang tepat. Karena di kawasan industri seperti Kota Cilegon dan Kota Serang tentu Anda akan sulit menemui tempat refreshing yang sempurna.
Sebenarnya untuk menjawab kebingungan memilih tempat refreshing itu, cukup dengan bersinggah di Pantai Yuti yang terletak di kecamatan Pulo Ampel Kota Serang. Pantai ini memang sederhana, belum seindah Bali dan Raja Ampat. Letak pantai ini sangat setrategis karena berada di antara kawasan industri yang memiliki banyak pekerja. Keberadaan pantai Yuti seharusnya membawa angin segar bagi penduduk sekitar dalam memperbaiki ekonomi dengan memanfaatkannya sebagai tempat wisata.
Description: https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-g.ak/hphotos-ak-ash3/t1/1441498_10200721699352553_499627159_n.jpgPantai Yuti memiliki ombak yang tidak terlalu besar. Keindahan pantai Yuti lengkap dengan hadirnya Pulau Panjang yang memanjang di perairan laut Bojonegara ini. Pulau panjang bercokok tepat di sisi depan pantai, sehingga ketika melihat pantai lepas pengunjung mendapat suguhan pulau panjang nan hijau. Pasir putih sedikit menghiasi bibir pantai ini, sehingga pantai ini memiliki sedikit karakter dari pantai yang ada di Bali. Selain itu menurut Mohamad Yogi, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mengatakan bahwa tenyata di pantai Yuti ini juga hidup terumbu karang yang sangat menarik perhatian. Asumsi bahwa pantai ini memiliki karang muncul ketika dipinggiran pantai ini terdapat banyak fosil karang yang telah mati, sehingga oleh Yogi dibuktikan dengan melakukan senorkeling di pantai tersebut. Hasilnya tidak mengecewakan, karena terumbu karangnya masih ada yang hidup dan tampak indah meskipun tidak seindah karang – karang yang ada di Raja Ampat.

foto: Senorkeling di Pantai Yuti
Namun, sangat ironis karena pantai tersebut tidak digunakan seratus persen sebagai tempat wisata tetapi malah dijadikan sebagai tempat reklamasi yang bertujuan untuk memperluas wilayah sebagai tempat industri baru. Sikap ini tentu akan merusak ekosistem laut dan terumbu karang yang ada di Pantai Yuti. Ditambah lagi dengan perilaku warga yang sering melakukan fishing di pantai tersebut namun tidak memperhatikan kelangsungan hidup karang yang ada di dalam perairan. Pertumbuhan karang yang sangat lama, yaitu dalam satu tahun mungkin hanya bisa berkembang sekitar tiga centimeter saja. Hal ini seharusnya mendapat perhatian khusus bagi siapapun untuk merawat dan menjaga kelestarian terumbu karang yang ada di Pantai Yuti ini.
Terumbu karang dan keindahan Pantai Yuti ini seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah guna mengembangkan daerah wisata di Kota Serang. Mengingat letak yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota, Pantai Yuti mungin bisa menjadi Balinya Kota Serang atau Raja Ampatnya Kota Serang. Pemerintah dapat melakukan pengelolaan dan bekerja sama dengan masyarakat untuk menjadikan wilayah Pantai Yuti menjadi pusat konservasi dan wisata pantai di Kota Serang. Dengan meningkatkan status Pantai Yuti menjadi pusat konservasi, maka orang – orang tidak akan lagi melakukan reklamasi pantai dan fishing sembarangan yang berpotensi merusak karang di pantai tersebut. Selain itu, pengelolaan yang bagus dengan menambah fasilitas – fasilitas seperti permainan air, rumah makan, penyewaan alat – alat senorkeling, lahan parkir, dan lain – lain tentu akan meningkatkan jumlah pengunjung di pantai ini. Oleh karena itu, besar kemungkinan pantai ini akan menyumbang devisa bagi Kota Serang dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Pemerintah Kota Serang sebenarnya tidak perlu khawatir dengan dana awal untuk mengelola pantai ini. Pasalnya di sekitar pantai ini berdiri pabrik – pabrik bersekala Internasional, sehingga pemerintah dan masyarakat cukup dengan mengajukan dana CSR (Corporate Social Responsibility) kepada perusahaan – perusaan di sekitarnya. Sedangkan untuk melakukan konservasi terumbu karang, pemerintah dan masyarakat dapat menjalin kerja sama dengan IUCN (International Union for Conservation of Nature) atau dengan lembaga – lembaga lain yang bergerak dalam bidang yang sama. Dengan langkah cerdas demikinan, Pantai Yuti dapat menjadi pusat wisata bahari yang menarik dan bernilai edukasi dengan konservasi terumbu karangnya.